1.
Pengertian
Inflasi Dan Laju Inflasi
Bank Indonesia mengartikan inflasi sebagai salah satu kondisi dimana harga barang dan jasa cenderung terus menerus naik. Sementara itu, badan pusat statistik (BPS) mengemukakan bahwa inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa, pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.
Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi juga dapat diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa sehingga akan terjadi kenaikan pada harga-harga barang dan jasa.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi).
Kenaikan harga barang atau jasa secara kontinyu dapat membuat daya beli masyarakat turun. Gaji atau penghasilan yang mereka dapat tidak akan cukup membeli kebutuhan hidup.
Nah, kalau kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yakni suatu kondisi di mana harga barang dan jasa cenderung terus menerus turun. Cara menghitung laju inflasi
2.
Jenis
Inflasi
-
Tingkat
kecepatan
1. inflasi
lunak (wild inflation), inflasi yang kecepatannya kurang dari 5% per tahun.
2. inflasi
cepat (galloping inflation, inflasi yang kecepatannya 5% atau lebih per tahun 3
3.
inflasi meroket (sky rocketing inflation)
atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang kecepatannya lebih dari 10% per tahun.
-
Tingkat
keparahan
1. inflasi
ringan, yaitu inflasi di bawah 10% per tahun (belum mengganggu kegiatan
perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan).
2. inflasi
sedang, yaitu inflasi antara 10%–30% per tahun (belum membahayakan, tetapi
sudah menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap).
3. inflasi
berat, yaitu inflasi antara 30%–100% per tahun (sudah mengacaukan perekonomian
karena orang cenderung enggan menabung dan lebih senang menyimpan barang).
4.
inflasi sangat berat atau hiperinflasi,
yaitu inflasi diatas 100% per tahun (mengacaukan kegiatan perekonomian suatu
Negara dan sulit untuk dikendalikan/diatasi).
-
Berdasarkan
sumbernya
1. inflasi
dari dalam negeri (domestic inflation), artinya inflasi karena penciptaan uang
baru dan adanya kebijakan anggaran defisit,
2.
inflasi dari luar negeri (imported
inflation), artinya inflasi terjadi karena suatu negara mengimpor barang/jasa
dari negara lain yang sedang mengalami inflasi.
3.
Sebab-Sebab
Inflasi
-
Demand
pull inflation
Kenaikan permintaan melebihi penawaran, dimana inflasi terjadi disebabkan oleh naiknya permintaan total terhadap barang dan jasa.
-
Cost
push inflation
Kenaikan biaya produksi, dimana inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi, sehingga harga barang yang ditawarkan mengalami kenaikan.
-
Money
in circulation
Meningkatnya jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat, artinya terdapat penambahan jumlah uang yang beredar,
sehingga para produsen menaikkan harga barang.
-
Imported
inflation
Inflasi dari luar negeri, artinya inflasi
karena mengimpor barang dari luar negeri, sedangkan di luar negeri terjadi
inflasi (kenaikan harga barang di luar negeriI, sehingga barang-barang impor
mengalami kenaikan harga.
-
Domestic
inflation
Inflasi dari dalam negeri, artinya
Meningkatnya pengeluaran pemerintah atau terjadi defisit anggaran
4.
Dampak
Inflasi
Dampak
Inflasi Secara garis besar dampak inflasi terhadap perekonomian antara lain
sebagai berikut:
1. Terhambatnya
pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya
minat menabung.
2. Masyarakat
yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang karena harga
barang mengalami kenaikan.
3. Jika
terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran,
karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.
4. Masyarakat
akan cenderung untuk menyimpan barang dari pada menyimpan uang.
5. Nilai mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.
Adapun
dampak inflasi terhadap penghasilan masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Dalam
masa inflasi, nilai harta tetap mengalami kenaikan harga melebihi kenaikan
inflasi. Pendapatan riil penduduk berpenghasilan tidak tetap mengalami
penurunan atau merosot. Dengan demikian inflasi akan memperlebar kesenjangan
distribusi pendapatan di antara anggotamasyarakat.
2. Inflasi
merugikan masyarakat yang berpendapatan tetap, karena upah/gaji yang diperoleh
tidak dapat mengikuti/menyesuaikan kenaikan harga, sehingga semakin berat
dirasakan oleh masyarakat.
3. Inflasi menyebabkan orang-orang enggan
untuk menabung dan mendorong untuk mencari pinjaman dalam rangkamenyesuaikan
pendapatan. Hal ini akan menghambat perkembangan dunia usaha.
5.
Cara
Mengatasi Inflasi
1.
Kebijakan
moneter
Kebijakan pemerintah melalui Bank Sentral
sebagai pemegang otoritas moneter untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar
dalam rangka mencapai kestabilan ekonomi. Kebijakan moneter, meliputi:
1. Politik
Diskonto
2. Politik
Pasar terbuka
3. Politik
Cadangan Kas
4. Kebijakan
Kredit Selektif
5. Kebijakan
Dorongan Moral
2.
Kebijakan
fiscal
Kebijakan
yang dilakukan pemerintah untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara,
kebijakan yang dilakukan antara lain:
1.
Sistem
Perpajakan
2.
Politik
Anggaran
3.
Pinjaman
Pemerintah
3.
Kebijakan
nonmoneter dan nonfiscal
Kebijakan nonmoneter dan nonfiskal
Kebijakan nonmoneter dan nonfiskal artinya kebijakan untuk mengatasi inflasi
dengan tidak memengaruhi jumlah uang yang beredar maupun pendapatan dan
pengeluaran negara. Bentuk kebijakan tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.
Peningkatan produksi dan peningkatan
jumlah barang di pasaran.
2.
Kebijakan upah dengan menaikkan upah riil
yang sudah memperhitungkan inflasi.
3.
Pengendalian dan pengawasan harga,
misalnya pemerintah menetapkan kebijakan harga maksimum.